Friday, October 28, 2005

Kiat Sukses Beribadah Puasa

Ketika Ramadhan akan tiba, sikap yang harus diperlihatkan oleh seorang muslim adalah rasa gembira sehingga dia seperti tidak sabar menunggu kedatangan Ramadhan yang lama dirindukannya. Itu sebabnya, kedatangan Ramadhan harus kita sambut dengan ucapan marhaban ya Ramadhan. Marhaban itu sendiri berasal dari kata rahb yang artinya luas atau lapang, ini artinya hati, jiwa dan dada seorang muslim akan diluaskan dan dilapangkan agar Ramadhan masuk kedalam jiwanya dengan leluasa.

Pada saatnya Ramadhan tiba dan kita berada di dalamnya, maka dari sekarang tekad kita adalah akan mengoptimalkan kehadiran Ramadhan itu untuk memperkokoh ketaqwaan kepada Allah Swt dalam arti yang seluas-luasnya.

PENGERTIAN

Secara harfiyah, puasa artinya menahan, yakni menahan diri dari segala hal yang dapat membatalkan puasa dan mengurangi nilainya sejak terbit fajar sampai terbenam matahari. Sedangkan Ramadhan secara harfiyah artinya membakar dan mengasah. Yang dimaksud adalah membakar dosa sehingga dengan puasa yang sebaik-baiknya, dosa-dosa seorang muslim akan dibakar oleh Allah dan setelah Ramadhan insya Allah dia akan kembali kepada fitrah atau kesuciannya sehinga seperti bayi yang baru dilahirkan ibunya, yakni dalam keadaan tidak berdosa.

Adapun yang dimaksud dengan mengasah adalah mengasah dan mengasuh jiwa, sehingga seorang yang berpuasa akan memiliki ketajaman jiwa yang membuatnya cepat, mudah dan mampu menangkap isyarat-isyarat spiritual, jiwanya menjadi kaya dan tidak didominasi ilagi oleh sifat sombong dan sifat-sifat buruk lainnya.

TUJUAN

Tujuan utama dari puasa adalah memantapkan keimanan kepada Allah Swt sehingga menjelma keimanan itu menjadi ketaqwaan. Ini dikemukakan Allah dalam firman-Nya yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa (QS 2:183).

Manakala target dari ibadah puasa ini dapat dicapai, maka puasa akan membuat kita menjadi orang yang memiliki tiga hal.

Pertama, mencegah diri dari segala bentuk dusta sebab dalam hadits riwayat Bukhari, Muslim dan Ahmad dinyatakan bahwa Allah Swt tidak menerima puasa seseorang yang tidak meninggalkan perkataan dusta, hadits tersebut artinya: Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan yang keji (dusta) dan melakukan kejahatan, Allah tidak akan menerima puasanya, sekalipun ia telah meninggalkan makan dan minum.

Kedua, memiliki benteng pertahanan rohani yang kuat sehingga dia menjadi orang yang mampu menjaga dan mencegah dirinya dari dosa, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Puasa adalah perisai dari api neraka seperti perisainya seseorang diantara kamu dalam perang (HR. Ahmad, Nasa?i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban).

Ketiga, selalu terangsang untuk berbuat baik, karena ibadah Ramadhan memang selalu mendidik seseorang untuk melakukan kebaikan, baik terhadap Allah Swt maupun terhadap sesama manusia.

Disamping itu, kalau kita membaca rangkaian ayat-ayat berikutnya dari surat Al Baqarah: 184-188, bisa kita ambil beberapa kesimpulan tentang tujuan-tujuan lain dari ibadah Ramadhan, yaitu:

Pertama, memperkokoh kedekatan kita kepada Al-Qur'an sehingga kita selalu berusaha bisa membaca, memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, memperkokoh kedekatan hubungan kepada Allah Swt sehingga dengan hubungan yang dekat itu, seorang muslim tidak berani menyimpang dari ketentuan-ketentuan Allah.

Ketiga, menyadari akan pentingnya berdo'a kepada Allah karena kita menyadari sebagai makhluk yang lemah dan amat membutuhkan pertolongan Allah. Keempat, menajamkan hati atau jiwa manusia sehingga selalu mampu membedakan antara yang haq dan yang bathil serta sensitif terhadapnya. Kelima, menyadari pentingnya kebersamaan dengan sesama muslim, karena dengan puasa kita dapat membayangkan bahkan dapat merasakan bagaimana penderitaan mereka yang susah sehingga kita menyadari keharusan bersatu dan tolong menolong.

HIKMAH

Dari tujuan yang telah diutarakan, nampak sekali betapa besar hikmah ibadah Ramadhan itu. Namun manakala kita ingin sederhanakan, sekurang-kurangnya ada tiga hikmah ibadah Ramadhan.

Pertama, membersihkan hati dan jiwa manusia dari segala dosa dan sifat-sifat tercela.

Kedua, memperkokoh hubungan dengan Allah Swt sehingga dengan dekatnya hubungan seorang muslim kepada Allah, dia akan selalu berusaha menjalani kehidupan yang sesuai dengan ketentuan-Nya.

Ketiga, memperkokoh hubungan dengan sesama, khususnya dengan sesama muslim sehingga potensi besar yang dimiliki seorang muslim akan menjadi sebuah kekuatan umat yang besar.

KUNCI SUKSES

Ibadah puasa khususnya dan ibadah Ramadhan pada umumnya tentu ingin kita laksanakan dengan sebaik-baiknya agar tujuan dan hikmahnya bisa kita raih. Oleh karena itu, menjadi keharusan kita bersama untuk mengoptimalkan ibadah Ramadhan yang penuh dengan keberkahan untuk memperkokoh gairah keislaman pada diri kita, keluarga maupun masyarakat.

Dalam kaitan ini, kesuksesan bisa kita raih manakala mengupayakan beberapa langkah:

Pertama, melakukan persiapan secara matang, baik persiapan jiwa agar kita memiliki kesiapan mental untuk menjalankan ibadah Ramadhan hingga kita senang melaksanakannya, persiapan akal dengan memahami kembali ketentuan fiqih Ramadhan dan hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya, maupun persiapan jasmani dengan selalu menjaga dan meningkatkan kesehatannya serta persiapan aktivitas pendukung suksesnya ibadah Ramadhan dengan berbagai aktivitas da?wah yang bermanfaat seperti pesantren Ramadhan, ceramah dan dialog Ramadhan dengan tema-tema yang disusun dengan baik, dll.

Kedua, melaksanakan persiapan yang sudah dicanangkan dengan matang pada saat pelaksanaan ibadah Ramadhan sehingga Ramadhan bisa kita hidupkan dengan melaksanakan ibadah puasa dengan sebaik-baiknya, baik dari sisi fiqih maupun nilai-nilai akhlak yang terkandung di dalamnya dan aktivitas pendukungnya.

Ketiga, menindaklanjuti keberhasilan ibadah Ramadhan dengan sikap, prilaku yang lebih islami dan mengembangkan aktivitas keislaman yang lebih baik sesudah Ramadhan berakhir sehingga ibadah Ramadhan memberi bekas dan pengaruh yang positif, tidak hanya bagi individu tapi juga bagi keluarga dan masyarakat.

Dalam konteks kehidupan masyarakat dan bangsa kita yang amat memprihatinkan bila ditinjau dari berbagai aspek, maka Ramadhan tahun ini merupakan momentum yang amat baik untuk memulai langkah-langkah perbaikan kearah yang diridai Allah Swt.

Akhirnya, kita sambut Ramadhan dengan penuh kegembiraan, sebab dengan gembira ibadah yang berat ini akan menjadi terasa ringan, sedang tanpa kegembiraan, ibadah Ramadhan yang memang sebenarnya berat akan terasa lebih berat lagi.

Semoga kita dapat memantapkan keislaman kita masing-masing melalui ibadah Ramadhan tahun ini.

Persiapan Ramadhan

Alhamdulillah, puji dan syukur selayaknyalah kita panjatkan kepada Allah swt yang begitu menyayangi kita, telah kita nikmati hari pertama ramadhan ini dengan kebahagiaan. Semoga kita diberikan kekuatan untuk kembali melaksanakan shaum ramadhan pada hari hari selanjutnya.

Bulan ramadhan adalah bulan yang penuh rahmah, berkah dan kemuliaan, Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya :

"Apabila telah masuk bulan Ramadhan, maka pintu-pintu rahmat dibuka, pintu-pintu jahanam ditutup dan setan-setan dibelengu."

Begitu indahnya bulan ramadhan, sehingga sungguh sayang pabila kita lalui ramadhan kali ini dengan sesuatu yang biasa, mari kita nikmati ramadhan kali ini dengan peningkatan Iman dan Taqwa kita kepada Allah swt.

Ada beberapa hal yang mesti kita persiapkan dalam menikmati jamuan Allah di bulan ramadhan, yaitu :

  1. Persiapan Ilmu

    Ilmu yang mesti persiapkan mencakup minimal dua hal, yaitu :

    • Ilmu tentang Shaum Ramadhan

      Apa itu shaum, Wajib shaum, syarat sah shaum, rukun shaum, hal-hal yang membatalkan shaum, Sunnah shaum dsb.

    • Ilmu tentang ibadah-ibadah lain yang mendukung shaum ramadhan yang diantaranya :

      1. Mengakhirkan Sahur
      2. Menyegerakan Berbuka
      3. Qiyamullail
      4. Tilawatil Quran
      5. Dzikir dan Do'a
      6. Memperbanyak Sedekah
      7. Memperbanyak ibadah-ibadah sunnah
      8. Meninggalkan hal-hal yang haram
      9. Meninggalkan hal-hal yang mubah dan melalaikan
      10. I'tiqaf di Masjid

  2. Persiapan fisik dan mental

    Salah satu syarat wajib berpuasa adalah mampu berpuasa, artinya sehat tidak uzur Oleh sebab itu, kita mesti mempersiapkan fisik kita agar tetap sehat selama berpuasa tetap fit dan segar.

  3. Persiapan Perencanaan

    Persiapan perencanaan ini diperlukan, selama sebulan ramadhan ini kita akan melakukan apa saja, adakah target yang ingin di raih, sehingga kita mempunyai perencanaan untuk mengisi ramadhan ini dengan semaksimal mungkin.

Terakhir, semoga setelah keluar dari kepongpong ramadhan ini, kita akan menjadi manusia dengan derajat muttaqin dengan ahlak yang indah dan mempesona. Wallohu'alam.

Tuesday, October 11, 2005

Selamat Ber Ramadhan

Tidak ada momentum paling afdhol untuk menyela hari-hari sibuk yang tak karuan juntrungannya melebihi bulan Ramadhan. Sepertinya Allah memang sengaja menyediakan satu bulan (Bulan Ramadan ini) untuk kita. Ia tahu bahwa dalam bulan-bulan lain, kita begitu sibuk dengan urusan dunia yang tak jelas benar untuk apa.

Dan atas rahmat-Nya kepada makhluk yang istimewa bernama manusia ini, Ia anugerahkan satu bulan bagi evaluasi diri. Dalam sebelas bulan yang lain, kita seperti kitiran mengejar entah apa. Ke sana kemari dengan semangat penuh, seolah-olah besok pagi kiamat.

Pengusaha begitu ngotot ingin menguasai pasar. Penguasa begitu ngotot ingin menguasai negara. Pegawai begitu ngotot ingin naik pangkat. Eksekutif begitu ngotot mengejar karier. Sopir ngotot mengejar setoran. Yang miskin ngotot kepingin kaya. Yang kaya ngotot kepingin lebih kaya lagi. Pendek kata, hampir setiap orang seperti terkena penyakit lapar yang tak terkenyangkan.

Seandainya tidak ada satu bulan seperti Ramadhan, yang memiliki suasana khasnya sendiri, maka penuhlah 12 bulan suntuk kita sibuk tanpa berkesempatan mengevaluasi kesibukan kita, seolah-olah semua yang kita lakukan selama ini memang sudah seharusnya.

Kita tak punya kesempatan untuk menghitung dan memperhitungkan perolehan dan kehilangan kata dalam kehidupan ini. Untunglah ada Ramadhan. Bulan yang apabila kita bisa mencerdasinya dan memfungsikannya secara optimal, bisa diharapkan, setelah itu kualitas kemanusiaan kita akan meningkat. Seperti kita ketahui bulan suci ini memiliki suasana lain dari bulan-bulan yang lain. Tidak hanya jadwal makan, tetapi gaya hidup dan perilaku orang (muslim khususnya) seolah-olah berubah drastis dan total.

Mereka yang biasanya hanya bertemu dengan kalangan terbatas, misalnya, tiba-tiba sering terlihat kumpul-kumpul dengan banyak orang. Pergaulan dalam keluarga pun tampak begitu akrab sebagaimana mestinya. Mereka yang biasa brangasan, tiba-tiba menjadi kalem atau agak kalem. Mereka yang biasanya tak peduli, menjadi sangat atau sedikit ramah. Suasana batini religi terasa begitu kental mewarnai, bahkan terhadap kegiatan duniawi. Padahal, biasanya kebersamaan yang indah ibadah kepada Allah Sang Pencipta yang biasanya lebih terasa sebagai beban, menjadi begitu ringan, kalau tidak nikmat, kita rasakan.

Walhasil suasana di bulan istimewa ini benar-benar kondusif untuk melakukan upaya-upaya perbaikan diri. Mengingat kembali jati diri kita sebagai manusia, atau bahkan meningkatkan kualitas kemanusiaan kita. Manusia yang tidak hanya terdiri dari daging, tapi juga roh; tidak hanya raga, tapi juga jiwa. Sebelas bulan kita seperti hanya terus dan selalu memanjakan daging, melupakan roh; membangun badan dan tak kunjung menyentuh pembangunan jiwa. Inilah saatnya yang tepat untuk menyempurnakan diri kita sebagai manusia. Siapa tahu, karena intens kita menghidupi dan menghayati kesucian bulan ini, kita dapat menyerap kesudiannya bagi kesucian diri.

Siapa tahu, karena penyikapan kita benar terhadap Ramadan yang sering kita sebut sebagai bulan ampunan ini, juga benar dalam mengisi hari-harinya, kita kemudian dapat menyikapi bulan-bulan lainnya secara benar pula. Proporsional melihat diri sendiri. Proporsional melihat kehidupan. Ya, siapa tahu?

Selamat Ber-Ramadhan.

Friday, October 07, 2005

Khutbah Rasulullah Menyambut Bulan Ramadhan

Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan-Nya. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu adalah ibadah, amal-amalmu diterima, dan doa-doamu diijabah.

Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah, rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam paling utama.

Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan-Nya. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu adalah ibadah, amal-amalmu diterima, dan doa-doamu diijabah.

Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan syiyam dan membaca kitab-Nya. Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu, kelaparan dan kehausan di hari kiamat.

Bersedekahlah kepada kaum fukara dan masakin. Muliakanlah orang-orang tuamu, sayangilah yang muda, sambunglah tali persudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya, dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarkannya.

Kasihanilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu. Bertobatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hambanya dengan penuh kasih;Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya, dan mengabulkan mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.

Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-pungmu berat karena beban (dosa)-mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.

Ketahuilah! Allah Ta'ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri dihadapan Rabb Al-'Alamin.

Wahai manusia! Barangsiapa diantaramu memberi buka kepada orang-orang Mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka disisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan ia diberi ampunan atas dosa-dosanya yang lalu.

(Sahabat-sahabat bertanya:" Ya Rasulullah!Tidaklah kami semua mampu berbuat demikian." Rasulullah meneruskan:) Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air.

Wahai manusia! Siapa yang membaguskan ahlaknya di bulan ini ia akan berhasil melewati sirath pada hari ketika kaki-kaki tergelincir.

Barang siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari Kiamat. Barang siapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.

Barangsiapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakannya pada hari ia berjumpa dengan-nya.

Barangsiapa menyambungkan tali persudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.

Barangsiapa melakukan shalat sunat di bulan ini, Allah akan menuliskan, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan shalat fardhu baginya adalah ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardhu dibulan yang lain.

Barang siapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa pada bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Qur'an pada bulan-bulan yang lain.

Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak akan pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu.

Amirul Mukminin k.w. berkata,:Aku berdiri dan berkata,"Ya Rasulullah! Apa amal yang paling utama dibulan ini?" Jawab Nabi: Ya abal Hasan! Amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah".

Di kutip dari:"Puasa Bersama Rasulullah", karangan Ibnu Muhammad, Pustaka Al Bayan Mizan.

Thursday, October 06, 2005

Menyambut Tamu yang Kita Cintai

Kira-kira apa perasaan Anda, ketika diberitahu bahwa Anda akan segera kedatangan tamu yang akan menginap di rumah Anda untuk beberapa saat? Seneng ataukah sebaliknya, merasa terganggu atau biasa-biasa saja. Jawabannya sih tergantung siapa tamunya. Kalau tamunya biasa-biasa saja, barangkali kita juga biasa-biasa saja. -Padahal kita diperintahkan untuk memuliakan tamu- Tapi coba bayangkan. Jika yang akan mendatangi kita adalah orang-orang yang kita cintai dan kita hormati, misal bapak dan ibu, mertua, guru atau temen dekaaat kita atau orang yang pernah berjasa dalam hidup kita. Gimana coba?

Sudah barang tentu kita akan dengan senang hati menyambutnya. Tak perlu ditanya akan berapa lama mereka di rumah kita. Kita pun akan segera menyiapkan sebuah kamar terbagus untuk mereka. Merapikan dan menghiasnya. Kemudian menyediakan jamuan istimewa untuk mereka. Siap memenuhi segala kebutuhan mereka, siap mengantar mereka kemana pun mereka hendak pergi. Dan bila saat-saat perpisahan itu datang, duh rasanya hati ini khawatir apakah service kita mengecewakan tamu tercinta kita. Dan, . pokoknya sedih dah!

Demikian halnya, kita saat ini. Kita sedang berada di gerbang seribu bulan. Bulan yang dimuliakan Allah. Bulan yang ibadah wajibnya dilipatkan Allah hingga 70 kali lipat dan ibadah sunnahnya disamakan dengan ibadah wajib di bulan lain. Bulan penuh berkah, rahmat dan pengampunan serta pembebasan dari nafsu dan belenggu syeitan. Bulan yang didalamnya terdapat sebuah malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan.

Bulan Suci Ramadhan akan mendatangi kita. Pertanyaannya sederhana saja: Apakah kita gembira, bahagia dan senang dengan kedatangan bulan ini? Apakah pertanyaan di atas bukan bid'ah yang diada-adakan. Apakah ada hubungannya kecintaan dan kebahagiaan kita menyambut Ramadhan dengan amalan kita di dalamnya. Kita tak hendak mendiskusikan ini. Karena ada nilai dan pesan normatif yang lebih penting dari itu.

Bila kita menjawabnya:Ya, seneng dan gembira. Maka ilustrasi di atas akan membuka cakrawala bagaimana kita menyambut tamu yang kita hormati sekaligus kita cintai.

Pertanyaan berikutnya: Apa yang telah kita siapkan untuk menyambutnya. Apa yang kita punyai untuk menyambutnya. Seberapa jauh kita siap dan mempersiapkan keluarga kita untuk menyambutnya?

Pertanyaan berikutnya: Salah satu tujuan puasa Ramadhan adalah tercapainya ketaqwaaan. Kira-kira kita yang sudah berpuasa selama 10-20 tahunan atau lebih kurang. sejak kapan kita merasa telah mencapai target taqwa tersebut. Barangkali kita kesulitan untuk merasa, kapan kita mencapai target taqwa.

Pertanyaan sederhana berikutnya: Bagaimana dengan Ramadhan tahun kemarin? Bila jawabannya ternyata belum juga, maka. kita punya kesempatan untuk merealisasikannya tahun ini. Ya. insya Allah kita mampu, asal ada kekuatan azam dan niat yang kuat. Kesempatan untuk mengukir prestasi.

Dan bila jawabannya sudah. Maka alangkah sedihnya jika pada tahun ini prestasi kita menurun. Sungguh merugi. Sangat merugi.

Ada empat golongan dan tipe manusia serta sikap mereka dalam menyambut Bulan Ramadhan:

(1) Mukmin yang sungguh-sungguh. Mereka adalah orang-orang yang menganggap bulan ini adalah peluang untuk melejitkan prestasi di hadapan Allah. Maka kita selalu menjumpai orang seperti ini senantiasa merasakan detik-detik Ramadhan sangat berharga. Mereka selalu berada dalam ketaatan. Kalau tidak sedang shalat, baca Al-Qur'an, dzikir, saling menolong dan menasehati, memenuhi kebutuhan saudaranya dsb. Tak ada waktu terlewat kecuali untuk sesuatu yang baik dan bermanfaat.

(2) Segolongan orang yang niatnya baik, tapi himmah dan azamnya lemah. Orang ini berniat menargetkan berbuat sesuatu di bulan Ramadhan. Mereka punya tekad berbuat baik. Tapi karena azamnya lemah, maka hanya bertahan pada awal-awal bulan saja. Kemudian mereka tidak merasakan kehadiran tamu ini. Baik hanya di awalnya saja setelah itu ketahuan aslinya. Orang yang biasa-biasa saja. Artinya kedatangan Ramadhan tidak memberi bekas sama sekali. Kalau ibarat tamu, ia dicuekin. Sedih!

(3) Orang-orang yang tidak menyukai kedatangan Ramadhan. Karena mereka menganggap Ramadhan sebagai penghalang bagi mereka untuk memuaskan nafsu dan segala keinginan. Mereka dengan terpaksa menerima kedatangan tamu ini tapi sesungguhnya mereka membencinya. Lebih parah dari pada ini.

(4) Orang yang tidak menghormati sama sekali adanya bulan Ramadhan. Dengan sangat ringan menginjak-injak kesucian dan kehormatannya.

Kembali kita tanya diri kita sendiri. Kita berada di bagian mana dari ke empat tipe di atas. Jangan sampai kita berada dalam suatu keadaan sebagaimana yang disabdakan Rasulullah saw. "Rugi dan merana lah orang yang menjumpai Ramadhan sedang dosanya belum diampuni".

Sedang para sahabat Rasul saw. Setengah tahun setelah berpisah dengan Ramadhan mereka berdoa: "Ya Allah terimalah puasa dan amalan kami di Bulan Ramadhan". Setengah tahun berikutnya mereka berdoa: "Ya Allah smapaikan -umur- kami hingga kami menjumpai Ramadhan". Ya, karena mereka tahu penting dan berharganya Ramadhan karenanya berharap sepanjang tahun adalah bulan Ramadhan. Karena mereka sangat mencintai Ramadhan. Gembira ketika tamu Agung itu datang.

Bagaimanakah kita? Tak perlu kita jawab sekarang. Masih ada waktu untuk merenungkannya dengan diri kita. Bersegeralah sebelum kita menyesal!

Wednesday, October 05, 2005

Marhaban Ya Ramadhan

Allah SWT berfirman : "Wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu puasa, sebagaimana juga pernah di wajibkan atas ummat-ummat sebelum kamu semua itu agar kamu menjadi orang yang bertaqwa".

Saudaraku Kaum Muslimin dan Muslimat yang di Rahmati Allah,

Sering sekali kita menyatakan "Marhaban ya Ramadhan" (Selamat Datang wahai bulan yang penuh Rahmat). Ada baiknya kita saling mengingatkan apa itu makna kata "Marhaban", agar kita semakin memahami apa yang akan kita ucapkan dan lakukan.

"Marhaban", berasal dari akar kata "rahiba" yang artinya "selamat datang". "Welcome, bahasa langitnya".

Kata "marhaban" ini, juga berarti "kelapangan”, jadi tamu yang kita sambut penuh dengan kelapangan hati. Kata ini tidak sama dengan ahlah sa sahlan, yang berrati sama juga "selamat datang". Maknanya lebih luas. Oleh sebab itu dalam menyambut bulan puasa Ramadhan sering di sebut marhaban, bukan ahlan wa sahlan.

Sementara kata "Ramadhan". berasal dari kata "Ar Ramdu", yang artinya "kegoncangan", jadi di bulan ini penuh cobaan dan goncangan.

Mengapa bulan ini dinamakan bulan ramadhan ?

Orang Arab zaman dahulu kala, sebelum ada nama-nama bulan Islam (hijriyyah seperti sekarang ini), mereka juga punya nama, seperti nadir, dan sebagainya itu.

Namun tatkala Islam datang, maka mulailah di sesuaikan nama bulan tersebut dengan kondisi yang ada. Seperti Dzul Qa'edah, yang artinya (duduk), maksudnya pada bulan itu, kala itu orang Arab tidak melakukan peperangan, atau tidak di bolehkan berperang, maka di sebutlah bulan yang sesuai dengan kondisinya yaitu "Dzul Qaedah".

Begitupun Dzul hijjah (bulan untuk berhaji), dan sebagainya, maka termasuklah bulan Ramadhan ini, dimana kala itu cuaca sangatlah panasnya, penuh ke goncangan, maka disebutlah bulan itu dengan Ramadhan (goncang).

Jadi pada bulan inilah muslimin menghadapi kegoncangan, ujian nan tiada taranya, yang jarang kita rasakan di hari-hari biasa. Di sana kita bukan sekedar menahan lapar dan dahaga saja, tetapi nafsu, baik itu amarah, sexualitas, yang tidak di perbolehkan hubungan intim di siang harinya. Menahan diri dari segala macam hal yang dapat merusak pahala puasa itu.

Di dalam bulan Ramadhan ini, ada sebuah hadist menyatakan bahwa bulan itu, dimana pintu syurga di buka, di tutup pintu neraka, di belenggu syetan-syetan.

Bermacam penafsiran ulama dalam hal ini. Ada yang menafsirkan secara letter, seperti Al Qurthubi di dalam bukunya tafsir Al ahkam.

Memang di bulan ramadhan itu benar-benar di buka pintu syurga, di tutup pintu neraka, dan dibelenggu syetan-syetan. Lantas mengapa sampai ada juga yang sampai berbuat maksiat di bulan ini ?

Karena jelas, orang itu sendiri yang membuka buhulnya. Bukankah ia hanya sekedar di ikat.bayangkan saja kalau benda di ikat, atau mayat d ikat, masih bisa terbuka kembali bukan? Jadi ia hanya sekedar mengurangi, bukan menghilangkan sama sekali, yang mana sewaktu-waktu bisa terbuka kembali, tergantung si empunya barang tersebut.

Ada lagi yang menafsirkannya dalam "majazi" (kiasan), maksudnya, pintu syurga itu terbuka untuk kita beramal sebanyak-banyaknya, karena bulan ramadhan amal ibadah d lipat gandakan. Dimana pintu neraka tertutup, karena kita menahan diri dari hal-hal yang terlarang, kecil kemungkinan pintu neraka itu terbuka.

Kalau pintu neraka sudah tertutup, tentu syetan-syetan pun terbelenggu. Alias tidak dapat berbuat apa-apa.

Penafsiran ketiga adalah penafsiran dari Syeikh Mutawalli As Sya'rawi Ra, yang meninggal kalau saya tidak salah tahun 1998 kemaren, ulama kontemporer, yang banyak menerbitkan buku-buku, dimana berpendapat: yang di maksudkan hadist di atas adalah "kalimat tersebut merupakan suatu berita, yang berisikan perintah".

Maksudnya, jadikanlah oleh kamu wahai ummat yang beriman, agar pintu syurga terbuka, dengan amalan ibadah kamu, dan tertutupnya pintu neraka, karena kamu menjauhkan perbuatan maksiat, belenggulah oleh kamu Syetan itu dengan amal ibadah dan dzikir pada Allah SWT.

Itulah penafsiran tentang hadist diatas, yang mana menurut hemat penulis, tujuannya sama saja, jadi boleh di pakai yang mana saja.

Mungkin dalam hal penyambutan bulan ramadhan ini dapat kita beri contoh Illustrasi didalam sikap seseorang menyambut bulan suci ini, dengan seseorang yang akan menerima tamunya.

Ada diantara kita yang bersikap :

1). Biasa-biasa saja menghadapi tamu yang akan datang itu. Karena kita menganggap tamu tersebut tidak begitu penting artinya buat kita.


2). Ada sikap kita Gembira sekali menerima tamu kita tersebut, karena tamu itu sudah lama kita nanti-nantikan, dan yang sangat kita harapkan seumpama seorang wanita akan menerima calon pasangan dan mertuanya yang akan datang melamarnya. Hati kala itu deg-deg kan, plus kembang kempis nafas. Takut-takut kalau nantik penampilan dihadapan mertuanya nggak bagus, atau sikapnya yang nggak beres, serta pelayanannya baik itu rumah yang kotor, atau makanan yang kurang enak.

3). Menghadapi tamu tersebut dengan sikap kebencian. Perasaan kita bawaannya kesal saja, kalau tamu itu yang datang. Jangankan untuk bersih-bersih rumah, dan menyiapkan makanan, tak jarang pula kita berusaha mengelak dengan memberikan beribu alasan bahwa kita tidak sedang di rumah, lagi sibuk, atau segala macam alasan yang dibuat-buat lainnya.

Semua ini berdasarkan pada hal-hal sebagai berikut :

A). Tamu yang datang itu apakah berbobot bagi kita apa tidak, pentingkah atau tidak penting. Lihatlah bagaimana Gubernur menyambut Presiden yang akan dating kedaerahnya, segala jalan-jalan umum pun tak jarang harus di tutup. Karena yang akan datang adalah seorang presiden yang cukup penting dalam kariernya.

B). Kondisi kita. Kalau keadaan kita lagi sibuk, meskipun sesibuk apa, kalau yang datang itu adalah tamu yang cukup penting bagi kita, bisa jadi kita akan men cancel semua program-program lainnya, atau menguranginya. Misalkan kita ada janji dengan seseorang, atau ada rapat dan pertemuan dengan karyawan, tapi dikarenakan akan datang kerumah kita tamu maha penting, maka kita men cancel rapat, janji dan pertemuan itu, demi untuk mempersiapkan dan menyambut serta melayani tamu yang sangat kita harapkan kedatangannya itu.

Apa yang harus kita lakukan dalam penyambutan tamu tersebut ??

Pertama : Kita Warning Up. ( Pemanasan )

Pada bulan ramadhan itu,sebelum masuknya bulan ramadha, kita akan pemanasan dulu, yaitu dengan puasa Sya'ban sesekali.Serta meminta maaf dan memaafkan semua orang tanpa terkecuali.

Kedua :Bersih-bersih.

Biasanya kalau menyambut tamu yang akan datang, kita bersih-bersih rumah dulu, kalau sudah bersih lebih di rapikan lagi. dan dibersihkan lagi. begitupun pada penyambutan bulan suci ini, kita bersihkan semua penyakit yang ada di hati kita. Hati kalau tidak bersih maka,meskipun tamu itu datang ke rumah kita, InsyaAllah,ia tidak akan merasakan kedamaian dan ketenangan di dalam jiwa kita, tamu tersebut serasa ingin cepat saja keluar dari rumahnya.karena apa? Karena bagaimanapun sang tamu akan merasakan bagaimana sang pemilik hati rumah itu. Semua hutang-hutang hendaklah dibayar

Ketiga : Membuat Planning ( perencanaan ).

Membuat kerangka apa yang harus dilakukan dan di persiapkan.Kemana tamu tersebut akan dibawa, apa yang harus kita siapkan untuknya, makanan apa yang harus di beli dan dimasak, serta lain sebagainya itu. Begitupun dengan menyambut bulan suci ini. Kita
planningkan apa kegiatan di bulan ini yang harus kita lakukan. Apakah sama saja kegiatan kita pada hari biasanya, atau bulan ini berbeda dari bulan-bulan yang lain, itu semua tergantung kita merencanakannya.

Target-target seperti berapa surah kita harus baca nantiknya, serta berapa kali kita khataman Qur'an di bulan ramadhan. Sunnah apa yang akan kita kerjakan, serta infaq sebanyak apa yang akan kita berikan pada faqir miskin, dan kaum yang membutuhkan. Juga sikap ketenangan dan kesabaran bagaimana yang harus kita siapkan,semua itu hendaknya direncanakan dari awal.

Keempat : Evaluasi.

Setiap hari kita mengevaluasi diri kita.Kita tanyakan dalam hati , apakah penyambutan kita terhadap tamu tadi sudah baik dan puas kita merasakannya apa belum.begitupun dengan bulan Ramadhan, setiap hari hendaklah kita mengevaluasi diri.

(Guru yang baik,selalu menguji dan mengevaluasi murid-muridnya baik sebelum masuk pelajaran baru, ataupun setelah di terangkan pelajaran yang baru diajarkan).

Begitupun dengan Muslim yang baik, selalu mengevaluasi dirinya, sepanjang hari , apalagi disaat bulan ramadhan ini. Inilah masa dan waktunya untuk banyak merenungkan dan mengintropeksi diri sendiri.

Kita Tanya diri kita,berapa kali kita menghadapi bulan ramaddhan,apakah bulan-bulan yang berlalu, akan sama juga kwalitasnya dengan bulan sekarang ?.

Apakah kita rela, puasa kita akan sama dengan puasa yang berlalu itu ? Rasulullah SAW bersabda " Menyesal ,menyesal,menyesal dan merugilah bagi orang yang berpuasa,yang mana ia dapatkan dari puasanya itu Allah tidak mengampuni dosa-dosanya,dan betapa banyak dari orang yang berpuasa itu yang ia dapatkan tidak lain dan tidak bukan kecuali lapar dan dahaga saja ". (Naudzubilahi mindzalik).

Kelima : Service kita terhadap tamu.

Dalam menghadapi tamu,biasanya kita memikirkan service apa yang akan kita persiapkan untuknya. Begitupun pada bulan ramadhan ini, kita persiapkan service kita sebaik-baiknya. Dalam hal ini kita dilarang kikir, pelit.Kita harus siap berkorban material, kita harus siap menyediakan duit untuk menservice tamu dan bulan ramadhan itu. Jangan sungkan-sungkan,untuk bersedeqah di bulan ini, ingatlah pahala di bulan puasa ini berlipat ganda,sampai 70 kali lipat banyaknya.Seperti yang saya sampaikan sebelumnya,puasa Ramadhan adalah bulan Discount besar-besaran.

Ketika kita berpisah, tamu tersebut terharu , dan sedih kala berpisah dengan kita, sampai di rumahnya, ia akan kenang selalu penyambutan kita itu. Begitupun tatkala Ramadhan, kita sering menangis berpisah dengannya.

Diriwayatkan " para Malaikat di akhir bulan Ramadhan menangis,karena akan pergi lagi bulan dimana saat itu Allah menurunkan rahmat,pengampunan,serta pembakaran dosa-dosa. Dan Para Sahabatpun zaman dulu sering menangis saat berpisah di bulan ramadhan ini.

Bagaimana menyambut bulan puasa ini dapat kita ilustrasikan seperti bagaimana kita mengisi botol yang kosong.

Bila kita ingin mengisi botol, hendaklah terlebih dahulu kita kosongkan air di dalamnya, dan jangan ada goyang-goyang (botol yang goyang, alias hati kita goncang dan ragu, tidak kan mungkin kita dapat mengisi botol dengan baik).

Bersihkan sebersih-bersihnya dulu botol tersebut, lantas isilah dengan tenang, buka tutupnya (mana mungkin botol diisi kalau tutupnya ada, atau ia tertutup).

Buka tutupnya, maksudnya buka pintu hati kita, untuk siap menerima isinya.jangan sampai hati kita tertutup.

Bersihkan hati, lunasi segala hutang-hutang, minta maaf atas kesalahan, ziarah, silaturrahmi pada saudara, tetangga.jangan sampai ada sedikitpun rasa kebencian, iri, sak wasangka buruk,atau kemarahan, apalagi dendam di hati kita , bila memang kita benar-benar isi botol itu jernih kelaknya.

Sepanjang masih ada warna-warni bekas-bekas kotorang di botol itu, sepanjang itu pula, ia akan tetap kelihatan kotor alias tidak jernih. Maka jernihkan isi botol itu dulu, cuci ia sebersih-bersihnya dari segala macam penyakit hati.

Lantas setelah bersih, isilah botol dengan tenang, bukan goyang, buka pintu hati kita.

Demikian dulu sekedar penyambutan dan hadiah saya buat seluruh Ummat Muslimin dimanapun berada. Sebahagian tulisan ini sudah pernah di postingkan, hanya ada penambahan saja.

Di sisni saya pribadi beserta seluruh keluarga memohon maaf atas segala kesalahan, baik yang terang-terangan, ataupun tersembunyi, disengaja, ataupun tidak disengaja.

Selamat menjalankan ibadah puasa.