Saturday, April 15, 2006

Belajar dari Pohon

Coba Anda perhatikan pohon. Kemudian perhatikan apabila Anda mendirikan tenda! Anda menariknya dari semua sisi dengan tali‑temali agar tegak dan tidak roboh atau miring. Demikianlah Anda menjumpai pohon dan tanaman, punya akar yang panjang di dalam tanah, tersebar ke segala arah agar membuatnya berdiri tegak. Semakin besar bagian atasnya, semakin panjang akar‑akarnya dari bawah menyebar ke berbagai arah. Kalau tidak demikian, bagaimana pohon‑pohon kurma yang tinggi dan bangunan pencakar langit kuat menahan serangan badai?

Lihatlah ciptaan Allah SWT mendahului karya manusia! Manusia mengerti cara mendirikan tenda dari cara Dia menciptakan pohon dan tanaman.Akar‑akarnya adalah seperti tali‑temali bagi tenda, dan dahan‑dahannya menjadi tiang.

Pohon pun Berbuah Sesuai Musimnya

Sekarang perhatikan hikmah Allah SWT menyesuaikan antara jenis‑jenis buah dengan musim keluarnya. Buah‑buah itu pas benar dengan kebutuhan manusia seperti adanya air bagi orang yang sedang kehausan. Sehingga, nafsu menerimanya dengan gembira, rindu, dan menunggu‑nunggu kedatangannya seperti menunggu kedatangan orang yang lama pergi. Kalau saja tanaman musim panas keluar pada musim dingin, tentu manusia merasa tidak suka, dan di samping itu menimbulkan mudarat bagi badan. Begitu pula kalau tumbuhan musim semi keluar pada musim gugur, atau sebaliknya, tentu tidak disenangi jiwa manusia dan tidak dirasakan kenikmatannya

Hikmah Pohon

Perhatikan pula hikmah pohon‑pohon! Anda lihat dalam setiap tahun mereka hamil dan melahirkan. Mereka selalu menjalani peristiwa kehamilan dan kelahiran ini. Apabila Tuhan mengizinkannya hamil, panas alami tersimpan di dalamnya agar terjadi kehamilan pada masa yang telah ditakdirkan. Masa ini seperti masa terbentuknya sperma. Sel‑sel melakukan proses di dalamnya, menyiapkannya untuk kehamilan. Sehingga, apabila waktu kehamilan telah tiba, air mengalirinya hingga sisi‑sisinya menjadi lentur. Air mengaliri dahan‑dahannya; panas dan kelembaban menyebar di seluruh bagiannya. Apabila waktu melahirkan telah tiba, pohon‑pohon itu mengenakan baju‑baju baru. Yakni, bunga dan daun yang indah‑indah yang dibanggakannya.

Apabila anak‑anaknya telah muncul dan kehamilannya tampak, saat itulah diketahui mana pohon yang baik dan mana yang tidak. Dan, yang memberi makanan kepada kandungan itu adalah Tuhan yang memberi makanan kepada janin di dalam perut ibunya. Dia menutupinya dengan dedaunan, melindunginya dan panas dan dingin.

Apabila kehamilan telah sempurna dan tiba saat penyapihan serta dahan dahannya menjuntai ke bawah, seakan‑akan dia menyerahkan buahnya kepadamu. Apabila Anda mendatanginya, Anda melihat seakan‑akan dahan‑dahannya menyongsong kedatanganmu dengan anak‑anaknya, menyalamimu, dan memuliakanmu dengan mereka; menyerahkan kepadamu seperti anugerah. Dia tidak menyerahkan dengan tangannya, apalagi buah‑buah surga yang rendah‑rendah yang dapat digapai oleh orang mukmin baik dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring.

Begitu pula Anda lihat pohon Raihan (tumbuhan yang berbau harum), seakan-akan menyapa kamu dengan nafasnya yang segar dan menyongsong kehadiranmu dengan baunya yang harum. Semua itu untuk menghormatimu, mengingat kebutuhanmu, dan mengutamakan kamu atas hewan‑hewan. Apakah karunia ini membuatmu lupa terhadap sang pemberi nikmat? Pantaskah kalau kamu menggunakannya dalam kemaksiatan dan hal‑hal yang dimurkai‑Nya? Bagaimana jika kamu mengingkarinya dan mengatakan itu bukan dari Dia? Sebagaimana Allah

Berfirman:

“Kamu (mengganti) rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan (Allah).”

(al‑Waaqi'ah: 82)

Sudah sepantasnya orang yang berakal berkelana dengan pikirannya, merenungkan nikmat dan karunia itu, berulang‑ulang menyebutnya. Barangkali dengan begitu dia dapat mengerti tujuannya: apa hakikatnya, untuk apa diciptakan, kenapa disediakan, dan apa yang dituntut darinya terhadap nikmat‑nikmat ini. Allah SWT berfirman:

“Maka ingatlah nikmat‑nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”

(al‑A'raaf‑ 69)

Jadi, mengingat‑ingat karunia dan nikmat Allah SWT atas hamba‑hamba‑Nya adalah sebab kebahagiaan dan keberuntungan. Karena hal itu makin menambah cinta, syukur, taat, dan kesadaran akan kurangnya melaksanakan kewajiban kepada Allah SWT.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home