Upaya Untuk Terus Perbaiki Diri
“ Jika kamu berbuat baik ( berarti ) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka ( kejahatan ) itu bagi dirimu sendiri …” ( QS.17:7)
Kehidupan ini akan terus bergulir selama nafas kehidupan kita masih berdenyut. Hidup ini laksana kita sedang mengisi neraca timbangan yang nantinya akan menghantarkan kita pada kehidupan yang kekal. Perbuatan-perbuatan baik dan buruk senantiasa akan terus dan terus memenuhi neraca timbangan tersebut sampai episode kehidupan kita berakhir. Dan kelak nanti di Mahkamah Allah neraca tersebut akan diperlihatkan kepada kita, inilah hasil yang telah kita lakukan selama kita hidup didunia.
Seharusnya kita sadar sebagaimana Rasululloh saw mengingatkan kepada kita bahwa gambaran kehidupan dunia, ka raakibin istadzalla bi syajaratin tsumma raahaa wa tarakah. Seperti seorang musafir yang bernaung dibawah rindangnya pohon, ia beristirahat tapi setelah itu ia tinggalkan pohon tersebut. Dan, karena, Rasul memberi panduan agar hidup ini disikapi sebagai sesuatu yang sementara. Kun fi dunya ka annaka ghariibun au’abiri sabil, hiduplah engkau di dunia, seperti orang asing, atau orang yang dalam perjalanan. Orang asing, selalu berhati-hati. Sebab, ia belum paham betuk seluk beluk wilayah yang ia tempati. Hati-hati terhadap aral, waspada terhadap kemungkinan buruk. Sedangkan orang yang dalam perjalanan, akan berpikir bagaimana mencapai tujuan, bekal apa saja yang harus disertakan, dan yang pasti akan ada saat ia harus mengakhiri perjalanan itu.
Ibnu Umar mengatakan, “ Rasulullah saw. Memegang bahuku sambil bersabda, “ Didunia ini, jadilah seperti orang asing atau perantau. Jika berada diwaktu pagi, jangan mengharap akan bertemu sore. Dan, jika berada diwaktu sore jangan berharap akan sampai diwaktu pagi. Pergunakanlah kesempatan masa sehat untuk masa sakit, dan masa hidup untuk bekal mati. “ ( Bukhari )
Kehidupan memang memberikan banyak pilihan.
Itulah bukti rahmat Allah swt. Setelah itu, kita semuanya, diberi pahala atas kebaikan yang dilakukan, dan hukuman dari segala keburukan. Kenyataan ini, menjadikan kita selalu berada dalam ujian Allah swt.
Perjalan hidup kita yang panjang, penuh peluh dan ujian ini, harusnya tidak merubah skenario perpindahan yang seharusnya kita lewati. Perpindahan dari kondisi yang buruk kepada kondisi yang lebih baik. Perpindahan dari jahiliyah kepada Islam, dari kemaksiatan kepada ketaatan. Kemudian saling berlomba melakukan kebaikan.
Rambu-rambu kehidupan
Agar kita senantiasa tersadar dari apa yang kita telah lakukan didunia ini, Allah swt telah memberikan beberapa rambu-rambunya.
Pertama, rambu itu bernama ta’jilul ‘uqubah (percepatan hukuman). Allah akan memberi hukuman sebagai dampak atau akibat, langsung kepada kita setelah melakukan kesalahan. Inilah salahsatu bentuk kasih sayang Allah swt. Bila diantara melakukan kesalahan, dosa atau kemaksiatan, biasanya Allah memberikan hukuman langsung agar kita sadar dan kembali kepada jalan yang benar. Fudhail bin Iyadh rahimahullah pernah mengatakan, “ Banyak orang mempunyai mata, tapi pandangan hatinya redup. Banyak yang memiliki ketajaman lisan, tapi hatinya tidak bersinar. Kedua, rambu itu bernama laddzatu tha’ah, kenikmatan dan kebahagian yang kita rasakan setelah berbuat ketaatan. Rasakanlah kenikmatan kala kita mampu bersabar menahan syahwat dan meninggalkan maksiat. Allah akan memberi balasan atas kesabaran itu dengan kenikmatan, rasa senang, dan tentram. Tidak saja didunia, tapi juga kebahagiaan di hari akhir.
Rahmat Allah adalah hak setiap kaum beriman. Inilah yang dikatakaan para salafusshalih : “ Kasihan para orang yang lalai, mereka keluar dari dunia, tapi tidak sempat merasakan sesuatu yang paling indah didunia.”
Tabi’in yang lain mengatakan, “ Andai para raja itu tahu kebahagian yang kami miliki, pastilah mereka rebut kebahagiaan itu dengan pedang-pedangnya.”
Allah berfirman ; “ Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka didunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan merugi” ( Qs;Hud;15 )
Oleh : Dendy Wahyono
0 Comments:
Post a Comment
<< Home