Monday, September 26, 2005

Jangan Hidup Seperti Burung

Dalam al-Qur'an terdapat kisah yang sangat menarik untuk dijadikan uswah. Di mana ada seorang ibu yang bercita-cita ingin menjadikan anaknya seorang hamba yang shalih. Hamba yang akan menegakkan agama Allah di permukaan bumi.

Kisah itu tertuang pada surah Ali 'Imran 35: "(Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: 'Ya Rabbku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu daripadaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui'."

Dia tidak menginginkan anaknya menjadi seorang yang punya gelar kesarjanaan, jabatan dan kedudukan yang terhormat. Dia tidak menginginkan sesuatu yang sifatnya keduniawian yang hanya berkisar pada pemenuhan kebutuhan perut, syahwat dan tempat tinggal.

Mencari nafkah memang perlu, bahkan wajib. Demikian juga mencari tempat tinggal, juga perlu. Akan tetapi hidup yang dikaruniakan Allah ini, bukan hanya untuk mencari makan, lalu menikah dan beranak pinak saja. Setelah anaknya dewasa disuruhlah mereka mencari nafkah sendiri.

Jika hidup hanya seperti ini, sama dengan hidupnya burung. Pagi-pagi sudah bertebaran mencari makanan, kembali ke sarang perutnya sudah kenyang. Anak-anaknya yang masih kecil-kecil di dalam sarang dikasih makanan yang dibawanya. Malamnya kumpul kembali sekeluarga di sarang. Pekerjaan ini terus berlangsung setiap hari sampai anaknya bisa mencari makan sendiri. Burung-burung yang telah dewasa mengerjakan pula rutinitas seperti seniornya. Mencari makan, kawin, bikin rumah dan membesarkan anak.

Bila gelar, pangkat dan kedudukan yang tinggi hanya untuk memenuhi kebutuhan perut dan di bawah perut, tentulah hidupnya berada pada derajat yang rendah. Tidak ada cita-cita lain dalam hidupnya kecuali untuk itu. Bekerja untuk mencari makan. Makan untuk bekerja. Berputar terus dari itu ke itu.

Padahal tugas manusia bukan untuk itu. Tugas manusia adalah menjadi khalifah, wakil Allah di muka bumi. Sebagai wakil Allah, haruslah ia berusaha menjalankan aturan-aturan Allah di permukaan bumi. Menegakkan kalimah-Nya dan memenangkan agama-Nya.

Jika hidup hanya unutk mencari makan saja, cecak pun bisa. Dia yang hanya menempel di dinding dan tidak bisa terbang, tapi tetap bisa hidup dengan memakan hewan-hewan yang punya sayap. Dia hanya menunggu nyamuk-nyamuk yang kekenyangan hinggap di dinding, sehingga dapat menangkapnya dengan mudah.

Lihatlah istri 'Imran, dia hanya mencita-citakan anaknya menjadi anak yang shalih dan berkhidmat di Baitul Maqdis. Dia tidak mencita-citakan anaknya mendapatkan pangkat, kedudukan, kekayaan dan lain sebagainya yang sifatnya hanya duniawi semata.

Adakah di zaman sekarang ini seorang ibu yang mempunyai cita-cita seperti itu? Rasanya hanya sedikit orang saja yang mempunyai cita-cita seperti itu. Pastilah kita dapati kebanyakan ibu-ibu menghendaki anaknya mempunyai status sosial yang tinggi. Punya gelar, kedudukan, pangkat, jabatan, atau menjadi orang kaya.

Cita-cita yang dimiliki istri 'Imran ini memang langka dan aneh menurut ukuran dan pola pandang orang sekarang. Tapi itulah cita-cita yang akan membedakan kedudukan manusia dengan makhluk lainnya. Manusia mulia karena fungsi kekhalifahannya didayagunakan. Yakni menegakkan kalimah tauhid di belahan bumi manapun. Itulah tugas utama seorang hamba. Dari tingkat rasul sampai kepada tingkat kita sebagai manusia biasa.

Sang ibu bila mempunyai cita-cita yang mulia ini, janganlah lupa bila telah terlahir seorang anak, maka cepat-cepatlah meminta pertolongan, perlindungan dan pemeliharaan Allah dari syetan yang terkutuk. Syetan tidak akan tinggal diam membiarkan anak tersebut mencapai cita-citanya. Pastilah dia akan menggoda, merayu dan membisikkan bisikannya yang penuh tipu daya agar anak tersebut langkah-langkahnya menyimpang dan tersesat. Syetan akan berusaha menggelincirkannya pada jalan yang menjerumuskannya pada kemungkaran.

Inilah perlunya meminta pertolongan dan perlindungan Allah. Jika Allah telah melindunginya pastilah dia akan terpelihara dari godaan syetan yang akan menyesatkannya.

Akan tetapi cita-cita yang luhur, agung dan mulia saja belum cukup untuk mendapatkan anak yang diidam-idamkan itu. Masih ada perangkat lain yang menunjang tercapainya tujuan ini. Yakni pendidikan dan lingkungan.

Maryam -anak keluarga 'Imran- menjadi hamba yang shalihah dan taat berkat adanya didikan dan lingkungan yang mengantarkannya. Dia dididik oleh manusia pilihan Allah, Nabi Zakaria. Maryam dididiknya dengan baik dan pemeliharaan yang penuh kasih sayang. Tumbuhlah Maryam menjadi seorang manusia yang suci. Manusia yang diberi keistimewaan oleh Allah SWT.

Jelaslah di sini bahwa untuk mewujudkan cita-cita itu perlu pendidikan, lingkungan dan suasana yang mendukung. Keinginan untuk menjadikan anak yang shalih harus didukung faktor-faktor tersebut. Tanpa itu, jangan harap bisa menjadi kenyataan. Berat untuk mewujudkan kalau anak-anak kita dididik dengan pendidikan yang jauh dari norma-norma agama.

Pendidikan yang berkiblat ke Barat yang sekuler, adalah pendidikan yang membentuk kepribadian anak menjadi materialistis dan hedonis. Ditambah lagi dengan lingkungan yang bisa menyeret pada tindak kelakuan menyimpang dari fitrah kemanusiaan. Yang hanya menumbuhkembangkan dominasi nafsu dan mematikan peran serta ruh.

Langkah-langkah yang dipakai atau digunakan untuk membentuk anak yang shalih dan mempunyai cita-cita menegakkan kalimah Allah adalah dengan memasukkan anak-anak kita pada tempat yang telah dikondisikan untuk itu. Di tempat yang sudah menyiapkan perangkat-perangkat yang memprogram proses penumbuhan cita-cita mulia ini. Lingkungan dan pendidikan yang bisa menjabarkan tentang tugas dan kewajiban seorang hamba yang diciptakan Allah.

Apa perlunya Allah menciptakan manusia? Dan apa peranannya di muka bumi? Apakah hanya untuk makan, kawin dan bikin pondokan? Perlu sekali kita sebagai seorang muslim untuk mengetahui itu semua. Apalah artinya kita hidup di dunia ini bila tidak mengetahui peran dan fungsi kita. Tidak ada nilai lebih yang kita dapati, bila dalam kehidupan ini tidak mengetahui arah dan tujuannya.

Untuk mencari tempat atau lingkungan seperti itu di zaman sekarang ini memang cukuplah sulit. Lingkungan yang ditata secara alamiah, ilmiah dan Islamiah. Lingkungan yang menumbuhkembangkan ghirah keislaman dan pendayagunaan peranan manusia sebagai seorang khalifah. Seseorang yang menjadi pesuruh-pesuruh Allah dalam menerapkan aturan-aturan-Nya, ayat-ayat-Nya atau ketentuan-ketentuan-Nya di permukaan bumi. Seseorang yang akan berjuang terus selama kalimah la ilaha illallah belum bisa ditegakkan. Selama syariat-syariat Allah belum dijalankan. Dan selama firman-firman Allah belum diterapkan.

Kesulitan untuk mencari tempat seperti ini janganlah menjadikan kita berputus asa. Insya Allah bila kita telah mencita-citakan untuk li i'laikalimatillah yang mulia dan berusaha untuk terus mencari, pastilah Allah akan mengantarkan kita pada tempat yang diidamkan. Allah SWT akan mengantarkan dan menunjuki jalan kepada hamba-Nya yang selalu mencari kebenaran. Hidayah Allah akan diberikan kepada makhluk yang Dia kehendaki.

Sungguh agung cita-cita ini. Tiada lagi cita-cita yang bisa mengantarkan kemuliaan kecuali cita-cita menegakkan kalimah Allah. Berbahagialah hamba-hamba Allah yang berkeinginan mendapatkan derajat kemanusiaan yang tertinggi dan terhormat. Cita-cita yang akan mendapatkan imbalan dari Allah berupa kenikmatan yang tiada taranya, yakni jannah. Kenikmatan yang belum pernah terlintas pada pendengaran, penglihatan, dan hati. Hidup kekal selamanya dalamnya.

Tuesday, September 20, 2005

Keajaiban Madu

...Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkannya.'' (QS An Nahl [16]:69) Alam dan isinya memberikan pelajaran hidup bagi manusia. Ia mampu memberikan inspirasi. Bagaimana seharusnya manusia berhubungan dengan manusia lainnya. Dan bagaimana pula manusia mesti berlaku untuk manusia lainnya. Jika kita menelisik koloni lebah madu, mereka mampu memberikan contoh yang baik bagi manusia.

Mereka memperlihatkan kombinasi perilaku individual serta kerjasama sosial yang menakjubkan. Tak ada yang saling memangsa seperti yang beralaku dalam hukum rimba. Dan jika kemudian menilik ke sarang lebah, kita dapat menemukan jawaban mengapa sejak awal lebah madu telah memesona manusia, untuk melakukan observasi terhadapnya. Sarang lebah, memiliki infrastruktur yang sempurna dan fungsional, terbentuk dari jalinan zat lendir yang berasal dari tubuh mereka. Sarang itu, juga dikonstruksi menjadi sebuah rangkaian sel heksagonal yang sangat sempurna.

Terlihat begitu indahnya sarang yang merek buat secara gotong royong itu. Seperti diketahui, bahwa sarang ini menjadi tempat bermulanya aktivitas koloni lebah madu. Baik sebagai media pemeliharaan larva maupun pusat pesan, bagi setiap anggota koloni dalam menjalankan tugasnya. Pada tingkat individual, lebah madu terbagi menjadi tiga jenis anggota koloni. Mereka adalah ratu, lebah jantan serta lebah pekerja. Semuanya memiliki tugasnya masing-masing. Dan saling mendukung satu sama lain. Dalam sebuah koloni lebah madu, ratu lebah diperlakukan secara istimewa. Ia mendapatkan pasokan makanan yang berlimpah.

Tujuannya, agar ia mampu menjalankan tugas krusial dalam koloni tersebut, yaitu menghasilkan pheromone, sinyal kimiawi bagi para lebah pekerja yang mengendalikan perilaku mereka. Sang ratu juga memiliki tugas untuk menciptakan 'perekat sosial' yang mengikat semua lebah untuk hidup dalam kebersamaan. Maka menjelmalah sebuah struktur masyrakat lebah yang terorganisasi dengan baik. Mereka menggunakan 'tarian' untuk saling mengkomunikasikan di mana letak sumber-sumber makanan yang mereka perlukan. Tak nampak satu pun dari mereka yang mengunggulkan diri dan egois.

Semuanya berada dalam kebersamaan dan kedamaian. Kekaguman kita tentu tak hanya berhenti pada terciptanya hubungan dalam komunitas mereka yang mengagumkan. Namun juga pada produk yang mereka hasilkan, yaitu madu. Madu merupakan cairan mujarab, yang dihasilan lebah dari saripati beragam tanaman. Dan madu telah mendapatkan tempat yang istimewa dalam sejarah pengobatan tradisional. Orang-orang Mesir, Assyria, Cina, Yunani dan Romawi kuno memanfaatkan madu untuk menyembuhkan luka dan beragam penyakit.

Baik dalam hadits Nabi Muhammad maupun kitab suci Alquran, juga memberikan keterangan akan khasiat madu yang menyembuhkan ini. Dalam surat An Nahl (lebah) ayat 68-69 Allah Swt menyatakan: ''Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah:''Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia''...Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya, pada yang demikian terdapat tanda-tanda kebesaran Tuhan bagi mereka yang memikirkan''. Kemudian Rasulullah Muhammad juga menegaskan khasiat madu tersebut dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari: ''Madu adalah penyembuh bagi semua jenis sakit dan Alquran adalah penyembuh bagi semua kekusutan pikiran (sakit pikiran).

Maka aku sarankan bagimu kedua penyembuh tersebut, Alquran dan madu.'' Para ilmuwan, akhir-akhir ini juga tergerak hatinya untuk melakukan penelitian secara mendalam akan khasiat madu secara ilmiah. Mereka membuktikan bahwa ternyata madu mamang memiliki efek yang menguntungkan pada kondisi medis tertentu. Pertama, madu dapat digunakan sebagai zat anti bakteri dan jamur. Karena madu ternyata dapat menghambat pertumbuhan bakteri seperti Staphylococcus aureus, patogen tertentu, serta fungi atau jamur, semisal Candida albicans.

Dengan konsentrasi 30-50 persen, madu mampu memperlihatkan khasiatnya sebagai antibiotik konvensional untuk infeksi saluran kencing. Kedua, madu digunakan sebagai antimencret. Dengan konsentrasi hingga 40 persen, madu memberikan efek bakterial yang akan menghambat laju sejumlah bakteri yang menyebabkan mencret serta disentri, seperti Salmonella, Shigella, enteropatogenik E coli, dan Vibrio cholera. Dalam sebuah studi, madu dengan cairan rehidrasi oral mampu mengurangi durasi bakteri baik pada anak-anak maupun bayi yang menderita mencret. Ketiga, madu dapat digunakan sebagai penyembuh luka dan anti-inflammatory (luka bakar).

Madu memiliki arti penting dalam menyembuhkan luka bakar, infeksi bekas operasi. Ia sangat liat, sehigga mampu menyerap air yang berada di sekitar jaringan kulit yang terbakar. Kita bisa merujuk pada sebuah studi yang dilakukan di Afrika Barat. Dalam studi itu, penyembuhan luka pada wanita setelah menjalani vulvectomy (operasi pada vagina) akibat kanker vagina, memakan waktu lebih cepat dengan menggunakan madu. Penggunaan madu juga disarankan untuk mengurangi tajamnya bau yang diakibatkan borok pada orang yang berpenyakit kusta. Keempat, madu dapat digunakan sebagai zat antitusif dan ekspektoran.

Madu yang diandalkan sebagai obat batuk ini terkait dengan kemampuannya untuk mencairkan dahak dan melegakan tenggorokan. Kelima, madu sebagai sumber nutrisi. Madu yang tak terkontaminasi sangat sehat, makanan yang alami, dan mengandung banyak energi. Karena mengandung karbohidrat, protein, lipid, enzim dan vitamin. Satu sendok madu mengandung 60 kalori, serta mengandung 11 gram karbohidrat, 1 mg kalsium, 0,2 mg zat besi, 0,1 mg vitamin B dan 1 mg vitamin C. Madu kini telah tersedia secara luas di kalangan masyarakat.

Meski khasiat madu belum sepenuhnya diketahui masyarakat secara luas. Dan kalangan ilmuwan juga dituntut untuk melakukan penelaahan mendalam mengenai khasiat madu dan mampu menggunakannya dalam cakupan yang lebih luas. Keajaiban madu telah diungkapkan dalam dalam Alquran maupun sunah secara indah, 14 abad lalu. Penjelasan kedua rujukan suci mengenai madu ini, juga telah merambah dunia sains modern yang telah menerima dan melakukan penelahaan lebih mendalam atas penggunaan madu. Alquran memang bukan sekadar tuntunan hidup, tapi juga sumber ilmu pengetahuan.

Keajaiban Lebah Madu

Dan Rabbmu mewahyukan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. (QS. An-Nahl, 16:68)

Lebah madu membuat tempat penyimpanan madu dengan bentuk heksagonal. Sebuah bentuk penyimpanan yang paling efektif dibandingkan dengan bentuk geometris lain. Lebah menggunakan bentuk yang memungkinkan mereka menyimpan madu dalam jumlah maksimal dengan menggunakan material yang paling sedikit. Para ahli matematika merasa kagum ketika mengetahui perhitungan lebah yang sangat cermat. Aspek lain yang mengagumkan adalah cara komunikasi antar lebah yang sulit untuk dipercaya. Setelah menemukan sumber makanan, lebah pemadu yang bertugas mencari bunga untuk pembuatan madu terbang lurus ke sarangnya. Ia memberitahukan kepada lebah-lebah yang lain arah sudut dan jarak sumber makanan dari sarang dengan sebuah tarian khusus. Setelah memperhatikan dengan seksama isyarat gerak dalam tarian tersebut, akhirnya lebah-lebah yang lainnya mengetahui posisi sumber makanan tersebut dan mampu menemukannya tanpa kesulitan.

Lebah menggunakan cara yang sangat menarik ketika membangun sarang. Mereka memulai membangun sel-sel tempat penyimpanan madu dari sudut-sudut yang berbeda, seterusnya hingga pada akhirnya mereka bertemu di tengah. Setelah pekerjaan usai, tidak nampak adanya ketidakserasian ataupun tambal sulam pada sel-sel tersebut. Manusia tak mampu membuat perancangan yang sempurna ini tanpa perhitungan geometris yang rumit; akan tetapi lebah melakukannya dengan sangat mudah. Fenomena ini membuktikan bahwa lebah diberi petunjuk melalui “ilham” dari Allah swt sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 68 di atas.

Sejak jutaan tahun yang lalu lebah telah menghasilkan madu sepuluh kali lebih banyak dari yang mereka butuhkan. Satu-satunya alasan mengapa binatang yang melakukan segala perhitungan secara terinci ini memproduksi madu secara berlebihan adalah agar manusia dapat memperoleh manfaat dari madu yang mengandung “obat bagi manusia” tersebut. Allah menyatakan tugas lebah ini dalam Al-Qur'an:

Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkan. (QS. An-Nahl, 16: 69)

Tahukah anda tentang manfaat madu sebagai salah satu sumber makanan yang Allah sediakan untuk manusia melalui serangga yang mungil ini?

Madu tersusun atas beberapa molekul gula seperti glukosa dan fruktosa serta sejumlah mineral seperti magnesium, kalium, potasium, sodium, klorin, sulfur, besi dan fosfat. Madu juga mengandung vitamin B1, B2, C, B6 dan B3 yang komposisinya berubah-ubah sesuai dengan kualitas madu bunga dan serbuk sari yang dikonsumsi lebah. Di samping itu di dalam madu terdapat pula tembaga, yodium dan seng dalam jumlah yang kecil, juga beberapa jenis hormon.

Sebagaimana firman Allah, madu adalah “obat yang menyembuhkan bagi manusia”. Fakta ilmiah ini telah dibenarkan oleh para ilmuwan yang bertemu pada Konferensi Apikultur Sedunia (World Apiculture Conference) yang diselenggarakan pada tanggal 20-26 September 1993 di Cina. Dalam konferensi tersebut didiskusikan pengobatan dengan menggunakan ramuan yang berasal dari madu. Para ilmuwan Amerika mengatakan bahwa madu, royal jelly, serbuk sari dan propolis (getah lebah) dapat mengobati berbagai penyakit. Seorang dokter asal Rumania mengatakan bahwa ia mencoba menggunakan madu untuk mengobati pasien katarak, dan 2002 dari 2094 pasiennya sembuh sama sekali. Para dokter asal Polandia juga mengatakan dalam konferensi tersebut bahwa getah lebah (bee resin) dapat membantu menyembuhkan banyak penyakit seperti bawasir, penyakit kulit, penyakit ginekologis dan berbagai penyakit lainnya


Monday, September 19, 2005

Keajaiban Pada Semut (Makan dan Berburu)

Setiap makhluk hidup menggunakan cara yang berbeda untuk memuaskan kebutuhan pangannya. Bab ini membahas taktik semut ketika mencari makanan, cara komunikasi mereka, dan persaingan dalam mendapatkan makanan. Semua taktik yang digunakan seekor serangga kecil dalam mendapatkan makanan ini menunjukkan kebesaran, keagungan, dan kekuasaan Allah Yang Maha Mengetahui, yang telah menciptakan makhluk ini.

Bagaimana “keluarga” yang beranggota ratusan ribu memperoleh makanan? Satu hal yang paling penting bagi kelangsungan hidup koloni adalah kemampuannya memecahkan masalah makanan. Setiap semut dalam koloni memiliki kewajibannya masing-masing.

Sebagaimana aspek kehidupan mereka yang lain, semut bekerja secara sistematis dalam menyelesaikan masalah pangan. Semut pekerja tua ditugaskan sebagai penjelajah yang mensurvei tanah di sekitar sarang untuk mendapatkan sumber makanan bagi koloni yang populasinya mencapai ratusan ribu (bahkan terkadang jutaan). Ketika para penjelajah menemukan sumber makanan, mereka mengumpulkan teman-teman sesarang di sekitar makanan. Jumlah semut yang berkumpul bergantung pada besar dan kualitas sumber pangan ini. Semut menyelesaikan masalah makanan dengan jaringan komunikasi yang sangat kuat dan juga dengan kemurahan hati mereka; semut tidak pernah berkata “Hanya aku”.

Semut yang Saling Memberi Makan

Semut dari spesies yang berlainan berusaha tidak saling bertemu selagi mencari makanan. Setiap spesies mencari jalan masing-masing untuk mencapai sumber makanan. Jika semut tidak sengaja memasuki wilayah kekuasaan koloni lain, perang pun terjadi. Dalam situasi seperti ini, semut penjelajah segera kembali ke sarangnya dan menutup pintu masuknya, sedangkan seluruh anggota koloni berkumpul dan bersama-sama melindungi koloni dari bahaya.

Jadi, bagaimana semut makan selama pertempuran, padahal mereka tidak sempat mencari makanan?

Pada saat ini, muncullah keistimewaan semut yang tidak ada pada makhluk hidup lainnya. Selama mereka tidak dapat mencari makanan, semua anggota koloni memakan cadangan makanan yang tersimpan dalam tembolok semut pekerja muda.

Sebenarnya, teknik pembagian makanan ini dilakukan tidak hanya pada saat-saat tertentu, tetapi sepanjang hidup mereka. Semut tidak hanya membawa butiran makanan di dalam tubuhnya, tetapi juga saling memberi makan dari mulut ke mulut. Ketika semut pemburu pulang membawa makanan cair, ia menggelengkan kepalanya ke kanan-kiri untuk menarik perhatian kawan-kawannya atau langsung menghampiri mereka dan menunjukkan butiran makanan di mulutnya.84 Makanan cair dipompa dari tembolok sehingga pembagian makanan berlangsung cepat. Pertukaran makanan ini merupakan contoh berbagi yang luar biasa. Sekam dan biji-bijian yang dibawa ke sarang juga dimakan semua semut bersama-sama. Oleh karena itu, kebutuhan makanan seluruh koloni dapat dipenuhi tanpa masalah.

Sistem ini menjadi bukti yang tidak dapat disanggah akan keberadaan sosok “perancang yang agung”. Tidak mungkin sistem penyimpanan yang begitu rumit dan membutuhkan pengorbanan besar ini dapat terbentuk tanpa direncanakan. Selain itu, setiap semut yang lahir mengetahui sistem ini. Oleh karena itu, keharusan membagi makanan pastilah telah diketahui semut sebelum ia menetas, bukan dipelajari sesudahnya. Semut tidak saja diilhami dengan rasa rela berkorban, tapi juga dianugerahi dengan struktur tubuh yang sesuai, sehingga ia dapat membagi makanan yang sudah disimpannya di dalam tembolok. Sebuah “kebetulan” tentunya tidak mungkin menjadi penyebab fenomena ini, melihat tingginya pengorbanan diri yang ada.

Sebagaimana ditekankan berulang kali dalam buku ini, teori evolusi senantiasa menggambarkan bahwa semua makhluk hidup bersaing dan berjuang mempertahankan hidupnya. Oleh karenanya, teori ini sangat sulit menjelaskan contoh pengorbanan yang dilakukan spesies semut. Semut hidup dalam sistem yang membuat mereka saling berbagi makanan. Ini membuktikan bahwa tingkah laku mereka berbeda dengan apa yang disodorkan teori evolusi. Semut tidak “bertempur” demi keselamatan dirinya, tetapi menjalankan tugas yang diberikan kepadanya (sebagaimana dikatakan dalam Al Quran, “diilhamkan kepada mereka”), sehingga dapat mengubah koloninya yang beranggotakan ratusan ribu atau bahkan jutaan semut menjadi masyarakat sejati. Dalam Al Quran surat An-Nahl, Allah menggambarkan Dia memberi ”wahyu” kepada hewan, sehingga hewan menjalankan kewajiban sesuai perintah-Nya:

Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).” Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (Surat An-Nahl:68-69)

Tentu saja, tidak semua tugas hewan tertulis dalam Al Quran. Lebah madu hanyalah salah satu contoh. Bila kita memperhatikan semut, dapat kita lihat bahwa hewan kecil ini bertindak sesuai tugas yang diilhamkan kepadanya seperti lebah madu, yang juga murah hati, sosial, dan setia.

Membawa Makanan dengan Teknik yang Rasional

Semua spesies semut, yang jumlahnya mencapai kira-kira 8800 spesies, mencari makanan dan membawanya pulang dengan cara yang berbeda-beda. Dalam spesies-spesies tertentu, semut berburu sendirian dan membawa pulang makanannya masing-masing. Spesies lain berburu berkelompok dan membawa serta menjaga makanannya bersama-sama.

Kalau mendapatkan makanan yang ukurannya cocok bagi tubuhnya, biasanya semut membawanya sendirian. Kalau ukuran makanan terlalu besar atau kalau semut menemukan beberapa gundukan kecil makanan di suatu daerah, mereka mengeluarkan hormon beracun untuk mencegah semut lain agar tidak menghampiri daerahnya. Kemudian, mereka memanggil para pekerja lain, besar maupun kecil, untuk bersama-sama mengangkut makanan.

Dalam kehidupannya, semut juga mengenal pembagian tugas yang sangat sempurna. Semut besar memotong-motong makanan dan menjaganya dari hewan-hewan asing, sementara semut kecil membawa pulang makanan. Semut pekerja mengangkat makanan dengan rahangnya dan membawa makanan di depan selagi kembali ke sarang. Kalau bekerja berkelompok, semut dapat membawa potongan makanan yang lebih besar. Mereka mengangkat makanan menggunakan satu atau dua kaki. Pada saat yang sama mereka juga menggigit makanannya dengan rahang terbuka. Semut pekerja menggunakan cara yang berbeda-beda berdasarkan posisi dan arahnya. Semut yang di depan bergerak mundur sambil menyeret makanan.

Semut yang di belakang berjalan maju sambil mendorong makanan. Semut yang di samping membantu mengangkat. Dengan cara ini, semut dapat mengangkat makanan beberapa kali lebih berat dari yang bisa dibawa seekor semut. Berdasarkan pengamatan, ditemukan bahwa jika semut bekerja sama, mereka dapat mengangkat beban seberat 5000 kali berat yang dapat diangkat seekor semut pekerja. Seratus ekor semut dapat membawa seekor cacing besar di atas tanah dan bergerak dengan kecepatan 0,4 cm per detik.

Semut dan Jejak Bau

Teknik komunikasi dengan jejak (mengikuti jejak bau) sering digunakan oleh semut. Banyak contoh yang menarik dalam hal ini:
Suatu spesies semut yang hidup di gurun pasir di Amerika mengeluarkan bau khusus yang diproduksi di kantung racunnya jika ia menemukan serangga mati yang terlalu besar atau berat untuk dibawanya. Teman-temannya sesarang dari jauh dapat mencium bau yang dikeluarkan dan mendekati sumbernya. Ketika jumlah semut yang berkumpul di sekitar mangsa sudah cukup, mereka membawa serangga tersebut ke sarang.

Ketika semut api berpisah untuk mencari makanan, mereka mengikuti jejak bau selama beberapa lama, lalu akhirnya berpisah dan mencari makanan masing-masing. Sikap semut api berubah jika sudah menemukan makanan. Kalau menemukan makanan, semut api kembali ke sarang dengan berjalan lebih lambat dan tubuhnya dekat dengan tanah. Ia menonjolkan sengatnya pada interval tertentu dan ujung sengat menyentuh tanah seperti pensil menggambar garis tipis. Demikianlah semut api meninggalkan jejak yang menuju ke makanan.

Semut yang Bertindak sebagai Kompas

Semut yang bertugas mencari makan biasanya menjalankan tugas dengan cara yang sulit dijelaskan. Ia berangkat ke sumber makanan dengan berjalan berkelok-kelok, tetapi kembali ke sarang dengan rute lurus yang lebih singkat. Bagaimana mungkin seekor semut yang hanya dapat melihat beberapa sentimeter ke depan bisa berjalan lurus?

Untuk menjawab pertanyaan ini, seorang peneliti bernama Richard Feynman meletakkan sebongkah gula di salah satu ujung bak mandi, lalu menunggu seekor semut datang dan menemukannya. Ketika semut yang pertama kali datang ini kembali ke sarangnya, Feynman mengikuti jejaknya yang berkelok. Kemudian Feyman mengikuti jejak semut-semut berikutnya. Ternyata Feynman menemukan bahwa semut yang datang belakangan tidak mengikuti jejak yang ditinggalkan; mereka lebih pintar, mengambil jalan memotong sampai akhirnya jejaknya menjadi berbentuk garis lurus.

Diilhami hasil penelitian Feynman, seorang ahli komputer bernama Alfred Bruckstein membuktikan secara matematis bahwa semut-semut yang datang selanjutnya memang meluruskan jejak berkelok itu. Kesimpulan yang didapatnya sama: setelah beberapa ekor semut, panjang jejak dapat diminimalkan menjadi jarak terpendek antara dua titik – dengan kata lain, membentuk garis lurus.

Apa yang diceritakan tadi tentu saja membutuhkan keahlian jika dilakukan oleh manusia. Ia tentu harus menggunakan kompas, jam, maupun perlengkapan yang lebih canggih lagi untuk menentukan suatu jarak. Orang ini harus juga menguasai matematika. Berbeda dengan manusia, penunjuk jalan semut adalah matahari, sedangkan kompasnya adalah cabang pohon dan tanda alam lainnya. Semut mengingat bentuk tanda-tanda ini, sehingga dapat menggunakannya untuk menemukan rute pulang terpendek, meskipun rute ini benar-benar baru baginya.

Meskipun kedengarannya mudah, sebenarnya cara in sulit dijelaskan! Bagaimana mungkin seekor makhluk kecil seperti semut, yang tidak memiliki otak maupun kemampuan berpikir dan mempertimbangkan, melakukan perhitungan seperti in?

Bayangkan jika seorang manusia ditinggalkan di hutan yang tidak dikenal. Walaupun orang ini mengetahui arah yang harus dituju, ia akan kesulitan menemukan jalan yang tepat dan mungkin saja tersesat. Selain itu, ia juga harus melihat keadaan sekitar dengan hati-hati dan mempertimbangkan jalan mana yang terbaik. Namun, semut bertindak seolah-olah mengetahui benar cara menemukan jalan. Pada malam hari, mereka dapat menemukan dan mengikuti jalan yang mereka tempuh saat menemukan makanan pada pagi harinya, meskipun kondisinya berubah.

Teknik Berburu yang Sempurna

Beberapa spesies semut menggunakan gigi untuk memakan telur laba-laba, ulat, serangga, dan rayap. Banyak spesies semut (misalnya Dacetine) yang khusus memakan serangga tanpa sayap. Serangga yang dimangsa Dacetine ini hidup berkelompok di tanah dan di daun busuk. Ia juga memiliki tonjolan berbentuk garpu di bawah tubuhnya. Ketika ia bergoyang dan berdiri tegak, organ ini melontarkan tubuhnya ke udara dan bergerak maju bagaikan kangguru mini. Semut Dacetine menggunakan rahangnya bagaikan perangkap hewan untuk menghadapi manuver mangsanya. Ketika semut pencari makan mencium bau serangga dengan antenanya, ia mengintai dengan rahang terbuka 180 derajat.

Semut ini mengaitkan gigi kecilnya pada rahangnya dengan cara menekankannya ke langit-langit mulut. Lalu, semut memeriksa sekitarnya dengan menggerakkan antenanya ke depan. Kemudian semut mendekati serangga perlahan-lahan. Ketika antenanya menyentuh mangsanya, si serangga kecil terjangkau oleh gigi bawah semut. Ketika semut menurunkan langit-langit mulutnya, rahangnya mendadak menutup dan mangsanya terjepit di antara giginya.

Kecepatan kedipan mata kita sangat lambat jika dibandingkan dengan kecepatan gigitan semut ini ketika menjebak mangsanya. Kelopak mata kita membuka dan menutup dalam sepertiga detik; rahang semut Odontomachus bawi bekerja 100 kali lebih cepat. Gigitan tercepat yang teramati memakan waktu 0,33 milidetik.

Struktur rahang semut penjebak panjangnya sekitar 1,8 milimeter. Pada bagian dalamnya terdapat kantong udara yang menempel ke trakea. Sistem ini menyebabkan gigi dapat bergerak cepat. Rahangnya berfungsi sebagai perangkap tikus mini. Ketika berburu, rahang terbuka lebar dan siap menutup setiap saat. Kecepatan menggigitnya berkurang menjelang akhir proses menggigit. Agar giginya tidak beradu terlalu keras, gerakan rahang diperlambat dengan sistem otot khusus.

Tidak mungkin mekanisme berburu yang begitu rumit terbentuk melalui proses evolusi, tanpa proses perancangan terencana dan terjadi secara acak. Satu-satunya kebenaran yang dapat diterima adalah adanya sebuah kekuatan yang menciptakan semut dengan semua karakter mereka yang menakjubkan dan cara hidup mereka yang sempurna. Kekuatan ini adalah Allah yang Maha Kuasa atas segala yang ada di alam dan di jagat raya.